Rabu, 11 Januari 2017

REVIEW JURNAL METODOLOGI PENELITIAN

Resiko Kebiasaan Duduk dalam Pekerjaan dan Hubungannya dengan Sakit Punggung

REVIEW

Pendahuluan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan duduk dengan sakit punggung yang dialami orang-orang Barat di bagian industri nasional.  Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa diatas 90% orang-orang Barat bertahan hidup dari sakit punggung selama hidupnya dengan 23% penderita sakit punggung kronis. Berdasarkan penelitian, telah dikaitkan beberapa aspek yang menyebabkan sakit punggung, diantaranya adalah kebiasaan duduk yang dapat memicu naiknya resiko gangguan otot (musculoskeletal) pada bagian punggung, leher, pundak, lengan, dan kaki. Terdapat beberapa perbedaan pendapat pada beberapa litertur yang dibahas oleh peneliti diantaranya belum ditemukan bukti bahwa duduk terus menerus tanpa berpindah-pindah dapat meningkatkan resiko sakit punggung, namun kombinasi antara posisi duduk yang tidak nyaman yang terajadi ketika menyetir dalam perjalanan panjang kemungkinan dapat meningkatkan penderita sakit punggung.
Beberapa perbedaan pendapat tersebut terus dibahas selama bertahun-tahun sehingga muncul doktrin bahwa posisi duduk ideal adalah “Dynamic Sitting” yang berarti posisi duduk yang berubah-ubah. Meskipun kelebihan gerakan pada saat duduk menandakan ketidaknyamanan dan ketidakstabilan, tapi jangkauan gerakan  yang menandakan kenyamanan belum dapat ditentukan. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian unuk memperoleh keungkinan pengaruh dynamic sitting untuk tubuh manusia. Berdasarkan pendahuluan, peniliti juga mencantumkan beberapa metode yang digunakan untuk menganalisis kebiasaan duduk. Diketahui bahwa alas tekanan (alas yang dapat memberikan tekanan pada tubuh, seperti alas yang bergerigi atau tajam) memiliki tingkat akurasi untuk memberikan angka statistik untuk kebiasaan posisis duduk yang dinamis. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan kebiasaan duduk subjek yang diteliti dengan dan tanpa yang menderita sakit punggung dengan memberikan tekanan pada kebiasaan duduk yang dinamis.

Metode dan Pembahasan
Peneliti menggunakan beberapa alat diantaranya alas yang dilengkapi dengan sensor (SIT-CAT atau Sitting Categorisation Technology) dengan 8 x 8 matriks sensor dengan ukuran (35 x  35 cm), sebuat data untuk ditransmisikan, dan mobile phone yang dilengkapi dengan bluetooth. Data tekanan yang direkam adalah dengan frekuensi 5Hz dan dengan resolusi 12 bits. Peserta atau partisipants adalah 20 orang yang terdiri dari 7 orang wanita dan 13 orang pria dengan usia mulai dari 27 tahun sampai dengan 57 tahun, dan tinggi mulai dari 1.6 sampai 1.89 meter, berat antara 50 sampai 150 kg. Penelitian ini dilakukan di tempat kerja 20 orang peserta masing-masing. Sebelum memulai pekerjaan, tempat duduk peserta di kantor telah dilengkapi dengan SIT-CAT dan tekanan datanya sudah dimulai. Peserta mengerjakan pekerjaan mereka seperti biasa dengan minimal waktu kerja 3 jam dan 15 menit istirahat di pagi hari. Selain itu, peserta juga diminTa untuk duduk dalam beberapa posisi seperti tegak lurus, berbaring, condong ke depan, menyamping ke kanan atau ke kiri, dan menyilangkan kaki ke kanan atau ke kiri. Peserta juga mendapatkan beberapa kuesioner mengenai nyeri jangka panjang dan jangka pendek. Kuesioner yang diberikan, digunakan untuk membagi peserta menjadi 4 variabel yaitu KorffPain, KorffDis, KorffSeverity, dan KorffInterver serta membagi menjadi 2 kelompok. Selanjutnya data yang diperoleh di mobile phone di pindahkan ke komputer yang kemudian diolah menggunakan MATLAB.
Kemudian selama satu hari distribusi tekanan dilakukan, klasifikasi sebaran acak digunakan, distribusi ini diketahui merupakan metode yang cocok dan akurat untuk mengklasifikasikan posisi duduk dengan menggunakan nilai median sebesar 64 dan nilai tekanan kalibrasi dalam 1-s. Selanjutnya data dianalisis menggunakan analisis statistik dengan mencari nilai varians dari sample data yang sudah diambil untuk mengidentifikasi posisi duduk yang berbeda dan untuk menganalisis pengaruh nyeri punggung pada perilaku duduk yang terdiri dari 5 yaitu Nmove, Npos, tstabel, tpos, dan Ptranslate. Semua analisis statistik ditentukan dengan menggunkaan IBM SPSS statistics dengan tingkat signifikasi p < 0.05.

Hasil
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan beberapa skor yaitu skor KorffPain (≤ 33.3), skor KorffDis (≤ 26.67), skor BPISeverity (≤ 1.25), dan skor BPIInterfer (≤ 1.14) yang menunjukkan intensitas nyeri serta kecatatan yang ditimbulkan dalam penelitian ini. Selanjutnya didapatkan juga hasil analisis pengukuran kalibrasi 1-s menunjukkan akurasi klasifikasi keseluruhan 82,7% yang bervariasi antara 63,8% (tegak lurus) dan 96,3% (condong ke depan) untuk posisi duduk yang berbeda. Ketepatan klasifikasi keseluruhan adalah 82,7% dengan kisaran antara 67,1% (berbaring) dan 95,1% (condong ke depan). Dua posisi duduk yang paling diadopsi adalah tegak lurus dan condong ke depan dengan kejadian rata-rata 24,4% dan 25,3% dari waktu duduk seluruh. Setengah peserta menyukai satu posisi duduk dengan 45% atau lebih dari waktu yang mereka habiskan saat bekerja. Didapatkan pula analisis dari beberapa posisi duduk yang telah dilakukan oleh peserta.

Kesimpulan
Perkembangan teknologi yang digunakan yaitu SIT-CAT berhasil digunakan untuk mengklasifikasikan posisi duduk yang berbeda dengan akurasi yang lebih besar dari 80%. Meskipun peserta yang terlibat merupakan peserta yang memiliki dan tidak memiliki sakit punggung namun teknologi ini mampu digunakan untuk menyelidiki perbedaan perilaku duduk berdasarkan rasa sakit yang sudah dikelompokkan. Dapat disimpulkan bahwa posisi duduk dapat mempengaruhi sakit punggung.

Link junal :

Link PPT :

Rabu, 04 Januari 2017

Review Jurnal Secondary Data (Metodologi Penelitian)

Vitamin D Status and Long-Term Mortality in Community-Acquired Pneumonia: Secondary Data Analysis from a Prospective Cohort


Latar belakang, Tujuan Penelitian, dan Pengantar

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah status vitamin D yang rendah dapat menyebabkan kematian jangka panjang pada orang dewasa yang menderita radang paru-paru atau pneumonia. Sehingga peneliti menggunakan data sekunder untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah ada, pengujian dengan menggunakan data sekunder dilakukan karena kurangnya data mengenai pengaruh kematian jangka panjang terhadap status vitamin d pada tubuh. Berdasarkan komunitas ahli pneumonia dunia diakui bahwa terdapat angka kematian jangka panjang yang tinggi, namun alasan yang mendasari belum diketahui dan tidak adanya terapi pencegahan tertentu terhadap hal tesebut. Beberapa faktor resiko juga disebutkan didalam penelitian ini yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat keparahan penyakit, jenis pneumonia, penyakit penyerta, dan status gizi. Beberapa faktor lain dimungkinkan juga ikut berperan dalam terjadinya kematian jangka panjang tersebut. Hal tersebut menjadikan beberapa obat dengan efek pleiotropic diusulkan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Selain obat, vitamin D juga dikatakan dapat dijadikan sebagai perlindungan terhadap infeksi saluran pernafasan pada anak-anak dan orang dewasa karena vitamin D menggunakan efek imunomodulator utuk menanggapi penyebab paling umum bakteri pneumonia yaitu Stepococcus pneumonia. Dikatakan juga terdapat beberapa kelompok yang berisiko memiliki tingkat 25-hydroxyvitamin D yang rendah seperti orang tua dan orang-orang yang tinggal jauh dari khatulistiwa.

Metode

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis data sekunder yang diterbitkan kepada 267 calon pasien pada studi kohort yang dirancang untuk menentukan etiologi mikroba pada pasien penderita pneumonia dan untuk mengidentifikasi faktor resiko kematian jangka panjang diantara mereka yang masih hidup. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat tidur perawatan di rumah sakit umum di Drammen, Vestre Viken Hospital Trust dengan semua pasien dewasa yang dirawat untuk mengidentifikasi apakah adanya gejala dan kriteria eksklusif yang menjadi ciri penderita pneumonia. Selanjutnya pasien yang sudah dipastikan menderita pneumonia diberikan beberapa obat yang cenderung mempengaruhi status vitamin D.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dikumpulan dalam waktu 48 jam, yang selanjutnya penelitian dilakukan dengan mengklasifikasikan pasien berdasarkan keparahan penyakit. Penelitian ini juga ditambahkan dengan beberapa data tambahan yang dikumpulkan dari catatan medis diantaranya etnis, musim, suplemen vitamin d, dan statin.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa terdapat kekurangan vitamin d yang tinggi pada pasien penderita pneumonia yang dirawat di rumah sakit. Selanjutnya terdapat hubungan yang signifikan antara kekurangan vitamin d dan semua penyebab kematian jangka panjang yang telah disesuaikan dengan data tambahan. Tingkat serum 250HD yang menentukan kekurangan vitamin D masih bervariasi karena tergantung pada hasil yang didapat, akibatnya penafsiran untuk status vitamin d diperkirakan dengan jumlah populasi yang ada. Berdasarkan penelitian ini dijelaskan beberapa nilai presentase yang menunjukkan tingkat vitamin d pada tubuh manusia di beberapa musim tertentu di beberapa negara. Hasil yang didapat juga memberikan penjelasan usia rata-rata pasien dengan pengklasifikasian status vitamin d pada pasien diantaranya pasien yang kekurangan vitamin d, pasien yang memiliki status vitamin d yang tidak memadai, dan pasien yang memiliki status vitamin d yang cukup, dengan presentase jumlah pasien yang kekurangan vitamin d lebih besar dibandingkan dengan pasien yang memiliki cukup vitamin d dalam tubuh.


Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah diteliti dapat disimpulkan rendahnya status vitamin d pada tubuh penderita pneumonia dapat dikaitkan dengan kematian pasien penderita pneumonia.

LINK JURNAL :
http://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0158536