Sejarah dibangunnya taman kota margonda ini karena didalamnya
terdapat “Tugu Elang Salak”. Ternyata Tugu Elang Salak itu dibangun jauh
sebelum lahirnya Kota Depok. Tugu Elang Salak tersebut berupa seekor burung
elang yang mencengkeram buah salak di atas sebuah bangunan segi empat setinggi
kurang lebih 3 meter. Simbol yang diambil pada tugu tersebut pun jauh dari satwa
khas dan buah khas dari Kota Depok. Depok memang tidak memiliki satwa khas
maupun buah yang khas. Namun, Walikota Nur Mahmudi Ismail telah mencanangkan belimbing
sebagai produk unggulan dan menjadi Lambang Kota meskipun bukan buah asli Depok
dan menjadikannya Depok sebagai Kota Belimbing.
Depok yang pada saat dibangunnya Tugu Elang Salak tersebut hanyalah
sebuah kecamatan di wilayah administrasi Kabupaten Bogor berbatasan dengan
Propinsi DKI Jakarta. Maka dari itu perlu didirikan sebuah tugu sebagai tanda
batas Propinsi Jawa Barat. Pada saat itu sedang dilakukan program konservasi
satwa dan tumbuhan khas yang berada pada Taman Nasional Gunung Gede Pangrango,
Gunung Salak, dan Gunung Halimun maka Pemerintah Propinsi Jawa Barat membangun
sebuah tugu di Depok sebagai bagian dari Program Konservasi. Alasan mengapa
burung elang dan buah salak yang dipilih untuk menjadi simbol sekaligus penanda
batas propinsi adalah karena burung
elang dan buah salak adalah satwa dan buah khas yang konon hidup dan tumbuh di
kawasan Gunung Gede, Gunung Salak dan Gunung Halimun. Burung elang yang
dimaksud adalah Elang Ular (Colocalia Sp.), sedangkan Salak yang dimaksud adalah
Salak khas dari Gunung Salak yaitu Salak Rambat (Salacca Sp.).
Burung elang ular saat ini tidak pernah lagi terlihat di
langit Kota Depok, namun menurut banyak warga Depok, sampai dengan awal
Reformasi tahun 1998, masih sering dijumpai burung langka tersebut
berputar-putar di angkasa Depok. Burung elang ular berwarna hitam legam tanpa
jambul. Sisi lain burung elang ular adalah penobatannya sebagai simbol kekuatan
hitam karena warnanya yang hitam legam, sorot matanya yang tajam menakutkan,
serta kehebatannya memangsa ular. Maka dari itu burung elang ular ini dijadikan
simbol tugu.
Salak rambat ukurannya hanya sebesar buah kelengkeng sangat
berbeda dengan Salak Pondoh yang ukurannya sebesar genggaman tangan anak
balita. Arti kata “rambat” pada Salak Rambat tersebut sebagai gambaran bahwa pohon salak jenis ini
adalah merambat, tidak seperti Salak Pondoh yang pohohnnya seperti pohon nanas.
Salak Rambat ini termasuk pohon langka dan masing bisa ditemui di lereng-lereng
Gunung Salak dan Gunung Gede. Hanya saja populasinya sudah sangat jarang akibat
perambahan dan alih fungsi hutan yang dilakukan oleh manusia, sehingga
habitatnya makin terdesak ke tempat yang lebih tinggi.
Sejak adanya Tugu Elang Salak tersebut maka dibuatlah taman
kota yang berada di ujung jalan margonda. Pada Taman Kota Margonda tersebut
terdapat berbagai macam tanaman serta pepohonan yang membuat taman menjadi
sejuk. Selain itu, taman juga dilengkapi dengan tempat sampah, tempat duduk dan
fasilitas-fasilitas lainnya.
Nama Kelompok :
1.
Aditya
Darfinna (30414290)
2.
Dimas
Ichfianto (33414102)
3.
Syafira
Noor Pradana (3A414563)
4.
Winda
Retno Anggraeny (3C414266)
5.
Yulinar
Sari (3C414556)
Kelas : 3ID01
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar