Senin, 08 Mei 2017

Sejarah Taman Kota Margonda


Sejarah dibangunnya taman kota margonda ini karena didalamnya terdapat “Tugu Elang Salak”. Ternyata Tugu Elang Salak itu dibangun jauh sebelum lahirnya Kota Depok. Tugu Elang Salak tersebut berupa seekor burung elang yang mencengkeram buah salak di atas sebuah bangunan segi empat setinggi kurang lebih 3 meter. Simbol yang diambil pada tugu tersebut pun jauh dari satwa khas dan buah khas dari Kota Depok. Depok memang tidak memiliki satwa khas maupun buah yang khas. Namun, Walikota Nur Mahmudi Ismail telah mencanangkan belimbing sebagai produk unggulan dan menjadi Lambang Kota meskipun bukan buah asli Depok dan menjadikannya Depok sebagai Kota Belimbing.
Depok yang pada saat dibangunnya Tugu Elang Salak tersebut hanyalah sebuah kecamatan di wilayah administrasi Kabupaten Bogor berbatasan dengan Propinsi DKI Jakarta. Maka dari itu perlu didirikan sebuah tugu sebagai tanda batas Propinsi Jawa Barat. Pada saat itu sedang dilakukan program konservasi satwa dan tumbuhan khas yang berada pada Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Gunung Salak, dan Gunung Halimun maka Pemerintah Propinsi Jawa Barat membangun sebuah tugu di Depok sebagai bagian dari Program Konservasi. Alasan mengapa burung elang dan buah salak yang dipilih untuk menjadi simbol sekaligus penanda batas propinsi adalah  karena burung elang dan buah salak adalah satwa dan buah khas yang konon hidup dan tumbuh di kawasan Gunung Gede, Gunung Salak dan Gunung Halimun. Burung elang yang dimaksud adalah Elang Ular (Colocalia Sp.), sedangkan Salak yang dimaksud adalah Salak khas dari Gunung Salak yaitu Salak Rambat (Salacca Sp.).
Burung elang ular saat ini tidak pernah lagi terlihat di langit Kota Depok, namun menurut banyak warga Depok, sampai dengan awal Reformasi tahun 1998, masih sering dijumpai burung langka tersebut berputar-putar di angkasa Depok. Burung elang ular berwarna hitam legam tanpa jambul. Sisi lain burung elang ular adalah penobatannya sebagai simbol kekuatan hitam karena warnanya yang hitam legam, sorot matanya yang tajam menakutkan, serta kehebatannya memangsa ular. Maka dari itu burung elang ular ini dijadikan simbol tugu.
Salak rambat ukurannya hanya sebesar buah kelengkeng sangat berbeda dengan Salak Pondoh yang ukurannya sebesar genggaman tangan anak balita. Arti kata “rambat” pada Salak Rambat tersebut  sebagai gambaran bahwa pohon salak jenis ini adalah merambat, tidak seperti Salak Pondoh yang pohohnnya seperti pohon nanas. Salak Rambat ini termasuk pohon langka dan masing bisa ditemui di lereng-lereng Gunung Salak dan Gunung Gede. Hanya saja populasinya sudah sangat jarang akibat perambahan dan alih fungsi hutan yang dilakukan oleh manusia, sehingga habitatnya makin terdesak ke tempat yang lebih tinggi.
Sejak adanya Tugu Elang Salak tersebut maka dibuatlah taman kota yang berada di ujung jalan margonda. Pada Taman Kota Margonda tersebut terdapat berbagai macam tanaman serta pepohonan yang membuat taman menjadi sejuk. Selain itu, taman juga dilengkapi dengan tempat sampah, tempat duduk dan fasilitas-fasilitas lainnya.

Nama Kelompok :
1.      Aditya Darfinna (30414290)
2.      Dimas Ichfianto (33414102)
3.      Syafira Noor Pradana (3A414563)
4.      Winda Retno Anggraeny (3C414266)
5.      Yulinar Sari (3C414556)
Kelas : 3ID01

DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar